Resensi Buku Novel "Rumah Tanpa Jendela"
Nama : Merlin Oktaviona
Kelas : XI-A
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Resensi Buku Novel “Rumah Tanpa Jendela."
Identitas Buku :
Judul Buku : Rumah Tanpa Jendela
Penulis Buku : Asma Nadia
Penerbit Buku : Republika Penerbit
Cetakan : 2017
Tebal : 215 Halaman
Pendahuluan :
Buku ini ditulis oleh seorang penulis dengan nama pena Asma Nadia. Beliau dikenal sebagai penulis best seller paling produktif di Indonesia. Sudah lebih dari 50 buku-bukunya di terbitkan dalam bentuk novel, kumpulan cerpen dan non-fiksi. Pada tahun 2016, tiga karyanya telah difilmkan. Contohnya seperti Pesantren Impian, Jilbab Traveler-Love Sparks in Korea, lalu menyusul Cinta Laki-Laki biasa. Kini Asma Nadia dan suaminya Isa Alamsyah sudah membangun grup Komunitas Bisa Menulis (KBM). Asma Nadia juga dikenal sebagai Jilbab Traveler sudah lebih dari 60 negara dan 324 kota yang dikunjungi. Memegang teguh gelar sebagai penulis berprestasi.
Alasan saya memilih buku novel Rumah Tanpa Jendela ini untuk diresesi adalah, karena dalam buku ini beliau mengambil sudut pandang dari tokoh yang jarang dipakai. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Rara beserta teman-temannya yang tinggal dipekarangan rumah kumuh. Bersama kedua orang tuanya yang hanya berprofesi sebagai pemulung. Namun meski begitu, novel ini tidak lupa memasukkan pesan moral kedalamnya tentang pentingnya menjaga rasa syukur dan melihat sisi positif dari suatu musibah.
Sinopsis Novel Rumah Tanpa Jendela
Rara adalah gadis periang yang suka bermain, la dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat istirahat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia merasa tak kekurangan apa pun, apalagi orangtuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya.
Tapi ada satu mimpi Rara yang ingin sekali ia wujudkan : Sebuah mimpi sederhana, untuk memiliki jendela. Ia ingin sekali bisa tetap melihat hujan, dan tak harus menyalakan lampu ketika siang meski pintunya ditutup. Namun Rara tak tahu, keinginan sederhananya diam-diam membuat pusing orang-orang terdekatnya hingga kecil itu harus membayar mahal agar mimpinya terwujud.
Kelebihan
Terdapat pesan moral tentang kehidupan yang diceritakan lewat sudut pandang tokoh yang jarang digunakan. Pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis tersampaikan dengan baik sehingga para pembaca-pun dapat memahami pesan itu dengan baik. Diselipkan juga nilai-nilai agama dengan bahasa yang mudah dicerna anak-anak muda. Beserta kasus-kasus yang masih tabu dibahas di Indonesia, seperti masalah autisme dan down syndrome.
Kekurangan
Alur waktunya sedikit berantakan dan penjelasan untuk masuk ke konflik kurang detail sehingga pembaca sulit memahami konflik yang sedang terjadi. Dimana hal itu menjadi kelemahan tersendiri dari buku ini mengingat cerita ini memiliki lebih dari satu konflik. Serta akhir cerita yang kurang dijelaskan sehingga tidak maksimal dan terkesan buru-buru untuk di akhiri.
Kesimpulan :
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Rara yang tinggal bersama kedua orang tuanya di pekarangan kuburan China. Disana, dia bersama teman-temannya tinggal dalam kondisi lingkungan yang tidak layak. Meski begitu, kedua orang tua Rara tak pernah lupa untuk mengajarkan Rara rasa syukur dan berprasangka baik pada takdir Allah Swt. Karena didikan kedua orang tuanya itulah Rara dapat sabar menghadapi segala musibah yang akan dihadapinya kelak sepanjang cerita. Sampai dia bertemu dengan salah satu temannya Aldo yang merupakan dari kalangan kelas atas namun memiliki kekurangan. Dari situlah cerita mulai berbalik dan menjadi semakin menarik. Harapan saya tentang buku ini adalah, alur cerita dapat lebih diperbaiki sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami konflik yang sedang terjadi. Sehingga pesan moral yang ingin disampaikan bisa tersampaikan.